Pages

Ads 468x60px

Jumat, 03 September 2010

Konfrontasi atau Diplomasi?


Perilaku Malaysia sering kali membuat Indonesia tak bermartabat. Karena keseringan ini ternyata membuat masyarakat kita meneriakkan "Ganyang Malaysia". Hampir di setiap penjuru Indonesia, masyarakat kita melakukan aksi demo menentang tingkah laku Malaysia. Apa gerangan yang sebenarnya terjadi?

Jadi hal ini berawal dari peristiwa ditangkapnya 3 petugas perikanan Indonesia oleh polisi Malaysia. Masalah sebenarnya bukanlah peristiwa penangkapan itu, tapi betas wilayah perairan Indonesia-Malaysia. Menurut pihak kita tentu saja itu adalah wilayah kita dan menurut pihak mereka perairan itu masih wilayah mereka.

Hal ini membuat geram seluruh elemen masyarakat. Di sana sini melakukan aksi demo. Tapi gua yang ga habis pikir, masa demo pake lempar tinja segala. (gila ga tuh?) Lu bayangin aja rumah lu di lempar pake tinja, gimana reaksi lu?. (ya, gua biasa aja, kan itu bisa dijadiin pupuk, hoek!) Cara demo yang norak plus menjijikkan (hiii) membuat Indonesia di mata dunia jadi jelek (banget).

Kita juga mungkin bertanya-tanya, kok seakan-akan cuman masyarakatnya yang peduli kepada permasalahan ini. Inilah beda kita sama Malaysia. Malaysia = masyarakatnya diam, pemerintahannya tegas. Indonesia = masyarakatnya cape koar-koar, malah pemerintahnya cemen. ckckck.

Coba bayangin deh, masalah ini sebenarnya lagu lama yang dirilis kembali. Mulai dari budaya yang diakui seenaknya sampai lagu daerah yang mereka bilang mereka yang mencipta. Contohnya tari pendet, reog ponorogo, dan rasa sayange. Masa udah beberapa kali diginiin kita harus diam kaya patung yang udah mau dirobohin tapi gak gerak-gerak.

Trus juga masalah TKI yang ga tuntas-tuntas. TKW kita sering banget disiksa dengan kejamnya, diperkosa seenaknya dan seenak-enaknya tambah di suruh yang ga ga. Aduh, waduh mo di mana muka kita di taruh. Ada sebuah LSM yang menghitung tentang TKI yang berada di luar negeri. Menurut LSM tersebut pada tahun 2009 ada 4,5 juta TKI illegal dan 1100 meninggal karena dibunuh. Yang bikin kaget 68% mereka dibunuh di Malaysia. Masyaallah. Tapi hal ini disebabkan karena tenaga kerja yang mereka inginan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Yang datang dibawah umur, ga bisa apa-apa, nyalain TV aja ga bisa. ckckck. Trus pasti majikannya kesel trus manusia yang dikira baju dengan gampangnya disetrika dan dibikin motif garis-garis darah di sekujur tubuh mereka. Udah disetrika, dilipat, dan diperkosa dengan nikmat.

Memang kita semua sudah geram, tapi perang bukan jalan yang pas buat jaman sekarang. Perap itu opsi terakhir, kita juga harus mikirin segala sesuatunya buat berperang. Anggaran militer kita aja cman 1/2 dari anggaram militer Malaysia. Coba pikir Malaysia punya aliansi, kita cuman berdiri sendiri. Dan lagi di sana ada 2,2 juta tenaga kerja yang menghasilkan devisa 50 tryliun per tahun. Perang itu perlu strategi, kalo cuman main perang-perang aja, yang ada malah mati konyol kyak orang bunuh diri yang terjun dari menara.

So, kalo mo pilih konfrontasi ato diplomasi, sekarang jalan yang paling tepat adalah dengan jalur diplomasi. Tapi kalo udah ga bisa juga sini biar gua yang turun tangan. Kita musnahin yang namanya Malaysia. Groarrrr!!!. Tapi yang kita harapin adalah pemerintahan yang tegas jangan lemot, tunjukkin dong kalo kita punya otot!. Harapan gua ini semua bisa jadi momentum untuk kedaulatan dan nasionalisme di Indonesia. Mudahan masalah ini cepat teratasi, jangan ada yang tertangisi, kita harus jaga reputasi. Semoga setelah ini Indonesia menjadi lebih baik dalam menyelesaikan sengketa internasional. Pake otak baru pake otot. See yaa....


4 komentar:

  1. masa 1 rumpun berkelahi?
    konyoool keax.... ^_^

    *termsk perbuatan "asobiyah"

    BalasHapus
  2. yum, padah akan lwan SBY, jangan meulah perang to.
    kna menambahi materi pelajran Sejarah/PKn ja.

    BalasHapus
  3. bjur pulang..
    tapi hasil perundingannya mengecewakan.. ckckck.

    BalasHapus